> SATU HATI UNTUK PAPUA: Wajar Jika Papua Ingin Merdeka....

Blog Archive

Calendar

free counters

free counters

free counter

Jumat, 26 Agustus 2011

Wajar Jika Papua Ingin Merdeka....


Wajar Jika Papua Ingin Merdeka....

“Anak tiri”

Tatkala Papua menyuarakan keinginannya untuk merdeka, pemerintah Indonesia berusaha agar hal tersebut tidak terjadi. Gerakan separatsi diberantas dan bendera-bendera non-Merah Putih dilarang berkibar. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia nampak sangat peduli dengan Papua. Papua dianggap sebagai sebuah bagian penting dari Indonesia yang tidak boleh hilang. Oleh karena itu, mempertahankan Papua merupakan sebuah harga mati.

Namun, ketika Papua sudah kembali menaruh kepercayaannya pada pucuk kepemimpinan Indonesia, Papua sendiri malah ditelantarkan. Otonomi khusus tidak memberikan hasil yang signifikan untuk perkembangan Papua. Yang terjadi justru sebaliknya. Sumber Daya Alam di Papua dibiarkan habis tak bersisa, dikeruk kepentingan-kepentingan yang berkuasa. Rakyat adat harus mengalami sebuah loncatan budaya yang mengagetkan, membuat mereka seolah sangat asing di rumah sendiri.

Melihat kenyataan ini, menjadi jelaslah mengapa Papua seringkali menyarakan keinginannya untuk merdeka. Kesenjangan sosial dan juga keterasingan dengan daerah sendiri membuat mereka tidak lagi nyaman dengan Indonesia. Mereka ada hanya karena mereka dapat dimanfaatkan. Namun di sisi yang lain, mereka justru dimarjinalkan dan di”anaktiri”kan.

Pemerintah bisa dengan mudah berkata bahwa tidak ada provinsi yang di”anaktiri”kan. Namun realitas berkata lain. Sikap pemerintah jutsru malah menunjukkan hal yang sebaliknya, meng”anaktiri”kan provinsi di timur sana.

Belum selesai masalah tersebut, kemarin ini daerah Wasior harus dilibas banjir bandang. Dan ketika hal itu terjadi, pemerintah Indonesia malah sibuk mengurus baju presiden dan di sisi lain juga sibuk mengurus kepergian presiden ke negeri kincir angin. Adakah sedikit kepedulian dan rasa belasungkawa tertuang oleh seorang pemimpin kepada rakyatnya yang sedang terlanda bencana alam tersebut?

Bahkan ketika provinsi tersebut harus ditimpa bencana, pemerintah disalip oleh negara lain untuk mengucapkan rasa belasungkawanya. Pemerintah Indonesia malah sibuk mengklaim kebenaran berita bahwa tidak ada hutan yang gundul di daerah Wasior dan oleh karena itu pernyataan dari pihak Walhi yang menyatakan banjir bandang tersebut disebabkan karena kerusakan hutan tidak dapat dibenarkan sama sekali.

Lalu apa penyebab banjir bandang tersebut? Jika saja pemerintah mengetahui mekanika tanah dan keseimbangan ekosistem yang saling mendukung satu sama lain dalam hal menjaga kualitas tanah dan air, maka pernyataan pembenaran semacam itu sudah jelas akan tersingkirkan.

Apakah pemerintah ingin melepaskan tanggung jawab dari bencana tersebut? Apakah Papua yang sudah dikeruk habis kekaaannya, yang sudah dimarjinalkan di daerahnya sendiri, yang harus bertambah menderita karena bencana alam harus juga masih dibiarkan oleh pemerintah Indonesia sendiri? Inilah sebuah realitas tentang “anak tiri” yang predikatnya sealu melekat pada Papua yang hanya dibela oleh Indonesia hanya karena bisa dimanfaatkan saja.

Bantuan

Tidak semestinya pemerintah Indonesia dalam kapasitasnya sebagai pemerintah membiarkan ekses dari bencana tersebut. Pemerintah seharusnya sudah bisa banyak belajardari bencana-bencana yang sebelumnya pernah terjadi, seperti yang terjadi ketika Gunung Sinabung meletus kemarin. Hal yang harus diperhatikan tersebut adalah perihal manajemen penanganan bencana sehingga tidak ada lagi yang merasa diterlantarkan oleh pemerintah Indonesia akibat bencana alam.

Oleh karena itu, menjadi hal yang penting bagi pemerintah untuk cepat tanggap terhadap segala bencana yang terjadi. Bantuan sudah seyogyanya segera dikirimkan, meskipun tempatnya jauh. Jarak seharusnya tidak menjadi masalah jika saja Presiden mau turun tangan langsung ke lapangan. Anggota DPR saja bisa dengan mudah menunda keberangkatan pesawat, mengapa seorang Presiden tidak mampu untuk menembus jarak menuju Papua demi menunjukkan kepeduliannya sebagai pemimpin rakyatnya?

Lebih jauh lagi, dengan keberadaan presiden disana, semuanya seharusnya berjalan dengan cepat. Masih teringat jelas bagaimana kunjungan presiden di kawasan meletusnya Gunung Sinabung yang kemudian membuat kawasan tersebut dalam sekejap menjadi tertata rapi untuk menyambut kedatangannya. Mengapa tidak presiden memerintahkan orang-orang pemerintah daerah disana untuk cepat tanggap dengan datang langsung kesana? Rasanya hal tersebut sangat mungkin terjadi mengingat instruksi diberikan langsung oleh presiden. Namun sayang hal tersebut tidak dilakukan oleh Presiden Republik Indonesia.

Rakyat Papua tidak lagi membutuhkan pencitraan yang bertele-tele dari seorang pemipin. Pencitraan yang rumit justru hanya akan memberikan dampak buruk ke depannya bagi citra pemimpin itu sendiri jika ia tidak bisa menunjukkannya secara nyata. Yang dibutuhkan mereka sekarang adalah realisasi bahwa pemimpin mereka peduli dengan rakyatnya; dan lebih jauh lagi tidak ada perbedaan perihal kedudukan mereka di hadapan seorang pemimpin.

Lebih jauh lagi, bencana di Wasior ini kemudian setidaknya telah menguji satu hal penting berkaitan dengan pemipin di Indonesia, yakni bahwa kepedulian terhadap rakyat sendiri memang masih sangat minim. Jadi, jangan heran jika Papua terus ingin berteriak meminta kemerdekaan, sebab ketika bencana terjadi saja tidak ada tindakan nyata yang cepat untuk membantu penduduk disana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


ShoutMix chat widget

FEEDJIT Live Traffic Feed

FEEDJIT Live Traffic Feed

Blog Archive

Pengikut

APSAN

A
nak
P
apua
S
etia
A
kan
N
egrinya

Cari Blog Ini

APSAN

AANAK
PPAPUA
SSETIA
AAKAN
NNEGERINYA

PAPUA-SATU

Entri Populer


wibiya widget


ko kabr