SURAT REFLEKSI SEORANG SAHABAT & PEMERHATI BAGI BANGSA PAPUA BARAT
Beberapa hal yang sangat mendominasi jalan pikiran saya, entahlah benar atau tidak menurut orang lain, yang jelas saya tidak sepakat REFERENDUM BAGI BANGSA PAPUA BARAT. Mengapa?
1.Status Kita.
Sudah jelas bagi kita dan dunia internasional bahwa yang namanya bangsa dan tanah West Papua New Guinea adalah bangsa dan tanah yang "dimandatkan" kepada penguasa saat ini untuk dipersiapkan (hanya 25 tahun), dan setelah itu diberi kemerdekaan penuh. Sesuai dengan perjanjian-perjanjian yang pernah "babi-babi" mereka buat entah di New York ataupun di Roma dan disetujui oleh UN, karena adanya macam-macam alasan yang "cover-up" ambisi-ambisi busuk dari pihak -pihak yang hadir pada saat itu.
2.Kenyataan Sejarah.
Diakui atau tidak, lembaran sejarah West Papua New Guine telah mencatat bahwa kita dan segala problem yang kita hadapi saat ini, berakarkan "Referendum" yang gagal
pada tahun 1969. Hal ini harus benar-benar dipahami dan ditaru di otak masing
-masing insan Bangsa Papau Barat yang mau merdeka, jangan coba-coba mau minta referendum sebagai jaminan menuju Merdeka. KITA ADALAH KORBAN GAGALNYA REFERENDUM DI TAHUN 1969. Kesalahan sejarah sekecil apa pun, selalu membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan sampai berabad-abad untuk membetulkannya kembali. Bagi saya, PEPERA 69 adalah trauma bagi bangsa Bangsa Papua Barat.
3.Kenyataan Masa Kini.
Kenyataan masa kini adalah kita bukan lagi bangsa yang dimandatkan melainkan
paling tepat adalah DIJAJAH. Sebagai bangsa yang dijajah, kita sama sekali tidak
mempunyai hak suara di UN. Kita sama sekali tidak mau didengar di UN karena
kita belum merdeka dan otomatis kita bukan anggota
UN. Yang didengar disana adalah Indonesia karena sesuai dengan peraturan di
UN bahwa mereka selalu harus menghargai kedaulatan setiap negara anggota.
Jadi, kalau orang Papua mau minta referendum mereka harus siap untuk hadapi
kenyataan kalau Indonesia menerima tawaran tersebut tapi dengan embel-embel
ini dan itu yang nanti berakibat buruk lagi bagi kita sendiri. Sudah siapkah bangsa
West Papua New Guinea untuk hadapi "kick-back" dari apa yang mereka minta?
4. Kenyataan yang nanti dihadapi apabila Referendum disetujui oleh Indonesia.
Indonesia telah bertahun-tahun menjajah Papua dan dia telah mengenal latar-
belakang dan mentalitas orang Papua lebih dari orang Papua sendiri.
Menurut hasil pengamatan dan informasi yang pernah saya peroleh dari sumber
terpenting, Indonesia bisa saja menerima tawaran referendum tersebut dengan
sejumlah peraturan yang sudah jelas akan menguntungkan Indonesia,
diantaranya:
1) Setiap orang yang berdomisili di Papua pada saat refendum harus turut dalam pemilihan tersebut. Sudah siapkah bangsa Papua menghadapi banjirnya kaum imigran Indonesia yang sebentar membanjir ke Papua atas desakan pemerintah demi memenangkan kebijakkan tersebut? Dari 100% rakyat Papua, hitunglah berapa persen akan terkontaminasi dengan bujuk-rayu pemerintah, berapa persen akan diintimidasi, berapa persen telah di- "wash-mind" akibat perkawinan campur dan sisa berapa persen yang mau Merdeka. Apakah yang sedikit ini siap menghadapi keadaan yang sebentar akan diputar-balikkan oleh penjajah kemudian disetujui oleh UN? Jelas-jelas kita akan mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. Makanya daripada gagal lebih baik kita menghindari saja.
2) Sebagai penjajah, Indonesia jelas akan menuntut agar dia turut mengawasi jalannya referendum, jika tidak disetujui pun dia telah menyiapkan kaum milisinya di
Papua. Siapkah kalian yang mau Merdeka menghadapi intimidasi dari pihak-pihak yang pro-NKRI? Jangan biarkan bangsa kita menjadi korban kecerobohan segelintir orang. Pakailah akal sehat untuk mengkaji dan menyelesaikan persoalan secara benar.
3) Indonesia tetap akan berusaha agar referendum yang diminta akan terlaksana
sesuai dengan apa yang dikehendakinya atau dengan kata lain, Resep Referendum
ala Indonesia kalau sudah begitu, kita mau apa lagi. Paling-paling kita toki testa, gigit jari dan tinggal tunggu mati saja. Perlu berapa puluh tahun lagi untuk cari jalan keluar, tapi sebelum sampai pada taraf itu, yang namanya bangsa Papua itu sudah habis dan tinggal hanya tanah Papua dengan wajah-wajah baru "acting" Papua yang tidak pernah berideologi kemerdekaan Papua.
Hal-hal tersebut di atas-lah yang menyebabkan saya benar-benar anti referendum.
Bagi saya, untuk apa kita tuntut referendum dan sudah bukan rahasia lagi bagi dunia
bahwa setiap insan West Papaua New Guinea sejati entah yang masih dalam kandungan sampai pada mereka yang mendekati ajal jelas mau Merdeka. Yang kita tuntut adalah supaya pihak-pihak yang telah membuat kita jatuh ke tangan Indonesia segera kembali untuk meninjau kembali perjanjian yang mereka buat. Terhitung sampai kini, perjanjian tersebut sudah kedaluarsa alias expire. Untuk sampai ke tingkat tersebut, jelas kita harus bisa membobolkan masalah kita ke UN. Untuk membobolkan masalah ke UN, kita harus berusaha mendapat dukungan dari salah satu negara anggota. Untuk mendapat dukungan negara anggota, jelas kita harus berusaha keras dengan adakan kampanye atau lobby di tingkat nasional, regional dan internasional, kalau sudah berhasil itu baru mudah untuk ikat kaki-tangan Indonesia dan kita campakkan dia keluar dari tanah West Papua. Jadi, bagi saya, REFERENDUM bukanlah jalan keluar yang tepat bagi penyelesaian masalah Papua.
4) Bukankah akibat referendum yang gagal itu kita terus menderita sampai saat ini? Pengorbanan diatas pengorbanan, terjadi demi membetulkan kembali sejarah kita yang berjalan salah diluar keinginan kita. Keledai dungu sekalipun tidak akan membiarkan dirinya terjatuh ke dalam lobang yang sama. Seandainya kita membiarkan diri terjerumus ke dalam jurang referendum maka saya pikir bahwa kita adalah YANG TERDUNGU DARI KELEDAI YANG DUNGU. Sekian dan terima kasih. RAS.
Beberapa hal yang sangat mendominasi jalan pikiran saya, entahlah benar atau tidak menurut orang lain, yang jelas saya tidak sepakat REFERENDUM BAGI BANGSA PAPUA BARAT. Mengapa?
1.Status Kita.
Sudah jelas bagi kita dan dunia internasional bahwa yang namanya bangsa dan tanah West Papua New Guinea adalah bangsa dan tanah yang "dimandatkan" kepada penguasa saat ini untuk dipersiapkan (hanya 25 tahun), dan setelah itu diberi kemerdekaan penuh. Sesuai dengan perjanjian-perjanjian yang pernah "babi-babi" mereka buat entah di New York ataupun di Roma dan disetujui oleh UN, karena adanya macam-macam alasan yang "cover-up" ambisi-ambisi busuk dari pihak -pihak yang hadir pada saat itu.
2.Kenyataan Sejarah.
Diakui atau tidak, lembaran sejarah West Papua New Guine telah mencatat bahwa kita dan segala problem yang kita hadapi saat ini, berakarkan "Referendum" yang gagal
pada tahun 1969. Hal ini harus benar-benar dipahami dan ditaru di otak masing
-masing insan Bangsa Papau Barat yang mau merdeka, jangan coba-coba mau minta referendum sebagai jaminan menuju Merdeka. KITA ADALAH KORBAN GAGALNYA REFERENDUM DI TAHUN 1969. Kesalahan sejarah sekecil apa pun, selalu membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan sampai berabad-abad untuk membetulkannya kembali. Bagi saya, PEPERA 69 adalah trauma bagi bangsa Bangsa Papua Barat.
3.Kenyataan Masa Kini.
Kenyataan masa kini adalah kita bukan lagi bangsa yang dimandatkan melainkan
paling tepat adalah DIJAJAH. Sebagai bangsa yang dijajah, kita sama sekali tidak
mempunyai hak suara di UN. Kita sama sekali tidak mau didengar di UN karena
kita belum merdeka dan otomatis kita bukan anggota
UN. Yang didengar disana adalah Indonesia karena sesuai dengan peraturan di
UN bahwa mereka selalu harus menghargai kedaulatan setiap negara anggota.
Jadi, kalau orang Papua mau minta referendum mereka harus siap untuk hadapi
kenyataan kalau Indonesia menerima tawaran tersebut tapi dengan embel-embel
ini dan itu yang nanti berakibat buruk lagi bagi kita sendiri. Sudah siapkah bangsa
West Papua New Guinea untuk hadapi "kick-back" dari apa yang mereka minta?
4. Kenyataan yang nanti dihadapi apabila Referendum disetujui oleh Indonesia.
Indonesia telah bertahun-tahun menjajah Papua dan dia telah mengenal latar-
belakang dan mentalitas orang Papua lebih dari orang Papua sendiri.
Menurut hasil pengamatan dan informasi yang pernah saya peroleh dari sumber
terpenting, Indonesia bisa saja menerima tawaran referendum tersebut dengan
sejumlah peraturan yang sudah jelas akan menguntungkan Indonesia,
diantaranya:
1) Setiap orang yang berdomisili di Papua pada saat refendum harus turut dalam pemilihan tersebut. Sudah siapkah bangsa Papua menghadapi banjirnya kaum imigran Indonesia yang sebentar membanjir ke Papua atas desakan pemerintah demi memenangkan kebijakkan tersebut? Dari 100% rakyat Papua, hitunglah berapa persen akan terkontaminasi dengan bujuk-rayu pemerintah, berapa persen akan diintimidasi, berapa persen telah di- "wash-mind" akibat perkawinan campur dan sisa berapa persen yang mau Merdeka. Apakah yang sedikit ini siap menghadapi keadaan yang sebentar akan diputar-balikkan oleh penjajah kemudian disetujui oleh UN? Jelas-jelas kita akan mengalami kegagalan untuk kedua kalinya. Makanya daripada gagal lebih baik kita menghindari saja.
2) Sebagai penjajah, Indonesia jelas akan menuntut agar dia turut mengawasi jalannya referendum, jika tidak disetujui pun dia telah menyiapkan kaum milisinya di
Papua. Siapkah kalian yang mau Merdeka menghadapi intimidasi dari pihak-pihak yang pro-NKRI? Jangan biarkan bangsa kita menjadi korban kecerobohan segelintir orang. Pakailah akal sehat untuk mengkaji dan menyelesaikan persoalan secara benar.
3) Indonesia tetap akan berusaha agar referendum yang diminta akan terlaksana
sesuai dengan apa yang dikehendakinya atau dengan kata lain, Resep Referendum
ala Indonesia kalau sudah begitu, kita mau apa lagi. Paling-paling kita toki testa, gigit jari dan tinggal tunggu mati saja. Perlu berapa puluh tahun lagi untuk cari jalan keluar, tapi sebelum sampai pada taraf itu, yang namanya bangsa Papua itu sudah habis dan tinggal hanya tanah Papua dengan wajah-wajah baru "acting" Papua yang tidak pernah berideologi kemerdekaan Papua.
Hal-hal tersebut di atas-lah yang menyebabkan saya benar-benar anti referendum.
Bagi saya, untuk apa kita tuntut referendum dan sudah bukan rahasia lagi bagi dunia
bahwa setiap insan West Papaua New Guinea sejati entah yang masih dalam kandungan sampai pada mereka yang mendekati ajal jelas mau Merdeka. Yang kita tuntut adalah supaya pihak-pihak yang telah membuat kita jatuh ke tangan Indonesia segera kembali untuk meninjau kembali perjanjian yang mereka buat. Terhitung sampai kini, perjanjian tersebut sudah kedaluarsa alias expire. Untuk sampai ke tingkat tersebut, jelas kita harus bisa membobolkan masalah kita ke UN. Untuk membobolkan masalah ke UN, kita harus berusaha mendapat dukungan dari salah satu negara anggota. Untuk mendapat dukungan negara anggota, jelas kita harus berusaha keras dengan adakan kampanye atau lobby di tingkat nasional, regional dan internasional, kalau sudah berhasil itu baru mudah untuk ikat kaki-tangan Indonesia dan kita campakkan dia keluar dari tanah West Papua. Jadi, bagi saya, REFERENDUM bukanlah jalan keluar yang tepat bagi penyelesaian masalah Papua.
4) Bukankah akibat referendum yang gagal itu kita terus menderita sampai saat ini? Pengorbanan diatas pengorbanan, terjadi demi membetulkan kembali sejarah kita yang berjalan salah diluar keinginan kita. Keledai dungu sekalipun tidak akan membiarkan dirinya terjatuh ke dalam lobang yang sama. Seandainya kita membiarkan diri terjerumus ke dalam jurang referendum maka saya pikir bahwa kita adalah YANG TERDUNGU DARI KELEDAI YANG DUNGU. Sekian dan terima kasih. RAS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar