Pendahuluan
Judul biar begini agar permasalahan jelas. Namun tempat terbatas tidak dijelaskan konfrehenshif tuntas, tapi partial. Pembahasan ini penting artinya bagi kaum muslimin Papua, karena kebanyakan orang Papua belum tahu bagaimana ajaran Islam sesungguhnya dalam konteks pembebasan Papua. Padahal pembebasan adalah hukum perintah Agama Islam.
Penulis merasa penting menjelaskan ini karena selama ini belum pernah dijelaskan oleh orang-orang Muslim Papua sendiri. Bahkan sayangnya selama ini ada kekeliruan masyarakat Papua, baik kalangan orang Islam sendiri, utamanya orang Papua diluar Islam, keterkaitan Islam -sebagai suatu nilai kebenaran yang bersifat universal- dan Perjuangan Papua serta Muslim sebagai pribadi-pribadi yang berpotensi multi interpretasi. Tulisan singkat ini mencoba menjelaskan keterkaitan Islam dan Pembebasan Papua perspektif muslim Papua.
Muslim Papua antara "M" atau "O".
Kesan banyak kalangan sampai saat ini, Muslim Papua (kecuali Sekjend PDP, Muhammad Thoha Al-Hamid) dalam perjuangan dari pejajahan, darimanapun kolonialisme itu, bersikap diam, tidak progressif malah tidak ada inisiatif sama sekali dalam rangka mengambil bagian pembebasan Papua bersama rakyat Papua secara bersama. Parahnya lagi, Muslim Papua (tanpa membedakan Pribumi-Pendatang) seakan menyetujui penjajahan atas dirinya.
Lembaga-lembaga Islam seperti MUI, Muhammadiyyah, ICMI dan PWNU Papua, juga organisasi mahasiswanya seperti HMI, IMM, PMII dan KAMMI di Papua sendiri diam tanpa peduli atas pelanggaran HAM di Papua berat selama ini, sejak daerah ini dianeksasi melalui Pepera tahun 1962 yang konon tidak melalui mekanisme one man one vote.
Berbeda dengan lembaga milik Kristen, Keuskupan Papua dan Classis GKI Papua yang selalu aktif menyuarakan dan mengangkat pelanggarakan HAM terasa lebih dominan kepekaanya menegakkan nilai-nilai kebenaran ajaran agamanya itu. Sebaliknya, Muslim Papua dan Ormas Islam dalam hal pelanggaran HAM oleh aparat TNI/POLRI diam seakan tidak terjadi sesuatu apa menunjukkan ketidak pekaannya. Asumsi orang bukan penganut agama Islam bahwa Islam adalah agama tidak benar dan bukan ajaran kebenaran universal. Padahal tidak demikian ajaran paling mendasar agama Islam sebagaimana dasar-dasar ajaran agama Islam itu akan di tegaskan dalilnya dalam bagian tulisan berikut ini.
Umumnya institusi Islam dan kaum muslimin Papua dalam sikap antara pilihan "M" dan" O", terkesan mendukung "O" alias menghalangi pembebasan Papua. Muslim Papua tidak ingin merdeka apalagi membantu berjuang membebaskan Papua dari penjajahan. Demikian mentalitas masyarakat sipil yang datang mengais rezeki di Tanah Papua. Terlepas dari persoalan beda interpretasi atas teks-teks suci (Al-Quran dan Al-Hadits), guidance (pegangan), memungkinkan multi interpretasi, namun sangat disayangkan Muslim Papua diam berpangku tangan. Hal itu tidak mencerminkan nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai rahmatn lil'alamin (kasih sayang bagi seluruh alam).
Untuk itu kedepan kaum muslimin Papua sebagai jaminan agamanya itu wajib ikut serta dalam membebaskan Papua dari penjajahan, entah darimanapun penjajahan itu, karena jaminan kebenarannya adalah Allah dan Rasul (baca, -Qur’an dan Al-Hadits). Karena ajaran dasar agama Islam menjamin hal itu. Tujuan kehadiran Islam melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul terakhir, menyempurnakan agama terdahulu dengan semangat pembebasan. Termasuk Pembebasan Papua dari penindasan dan penistaan martabat kemanusiaan oleh Indonesia yang mayoritas beragama Islam.
Namun sangat disayangkan karena peran kaum muslimin Papua tidak terlihat. Betapapun pelaku kekerasan dan penjajahan orang beragama Islam kalau itu melanggar ajaran kebenaran dan keadilan maka wajib hukumnya menolak. Oleh sebab itu tindakan penindasan tidak menutup kemungkinan bisa saja dilakukan oleh orang lain yang seagama dengan kita. Dan kita wajib menentangnya kalau itu bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam. Sedangkan ajaran dasar agama islam menyuruh kita menegakkan keadilan dan amar ma’ruf nahi mungkar (menyuruh kebenaran mencegah kemungkaran) . Karena keadilan adalah ajaran paling pokok dan dasar dalam Islam seperti Firman Allah SWT terjemahannya:
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 5:8)â€.
Implikasi ayat ini mengharuskan kita sebagai muslim wajib menegakkan keadilan tanpa pembatasan pada apa dan siapa. Keharusan menegakkan keadilan pada siapapun dari tindakan kejahatan yang dilakukan oleh siapapun apakah saudara, keluarga, seagama jika ada tindakan keburukan, maka wajib bagi orang berimana (menurut ayat diatas) menegakkan ketidakadilan. Banyak perintah dalam ayat Al-Qur’an menyuruh orang-orang muslim beriaman untuk menyeru kebaikan, keadilan dan mencegah keburukan bagi muslim hukumnya wajib.
Namun kebanyakan muslim Papua karena yang melakukan penindasan itu adalah Indonesia yang mayoritas beragama Islam maka diam tanpa mengkritisi tindakan itu salah atau benar sesungguhnya suatu sikap dan tindakan salah maka dengan sendirinya tidak adil. Pembebasan Papua dari penindasan sesungguhnya li’Ila kalaimatillah izzul islam walmuslimin Papua. Ini berarti rekontektualisasi nilai-nilai Islam paling tinggi dan jauh ditarik turun kebawah sesuai konteks social politik dan budaya Papua.
Namun demikian sayangnya kebanyakan kaum muslimin Papua tidak menyadari nilai kebaikan dan keadilan Islam tanpa pandang bulu. Hal demikian disebabkan oleh akibat kurang mengenalnya kita, Muslim Papua, akan ajaran inti Al-Quran yang sesungguhnya hadir dimuka bumi untuk membebaskan umat manusia dari ketertindasan, pembunuhan, perampasan hak-hak asasi manusia seperti yang terjadi pada Bangsa Papua Barat saat ini.
Perampasan atau perampokan harta kekayaan Papua oleh siapapun Indonesia mayoritas beragama Islam adalah kebathilan, kedholiman yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. Penganiayaan bangsa Papua apapun alasannya, bertentangan dengan ajaran inti Islam yang terkandung didalam kitab suci, Al-Qur'an dan Al-Hadist. Sebab esensi kehadiran Islam dimuka bumi adalah rahmatan lil’alamin, kasih sayang bagi seluruh alam, dan missi utamanya kemerdekaan, kebenaran, keadilan dan pesan utamanya sesuai nama agama Islam itu sendiri yaitu kedamaian
Muslim lain, sikapnya dalam konteks Papua bertentangan dengan kenyataan penindasan Indonesia. Muslim Papua tidak seperti Thoha Al-Hamid yang Sekjen PDP itu. Muslim Pribumi mudah percaya omong kosong yang umum kita ketahui bersama seperti integrasi Papua dalam NKRI untuk membangun dan memajukan Rakyat Papua.
Padahal kenyataan yang terjadi adalah pencurian dan pengangkutan kekayaan alam Papua yang sangat kaya raya dengan membiarka ketertinggalan, keterbelakangan dan kebodohan rakyat Papua. Pihak lain hadir ke Papua hanya menghalangi penentuan nasib sendiri sebagaimana hal itu merupakan sunnatullah (natural law) dalam artian bahwa kemerdekaan atau kebebasan menentukan nasib sendiri sebagai sebuah bangsa adalah konsekuensi logis yang Allah memberikannya kebebasan itu.
Muslim Papua wajib menjaga perampasan kebebasan akan hak-haknya yang diberikan dan dijamin oleh Alloh SWT untuk di dipelihara dari demi kemakmuran seluruh rakyat Papua sendiri dari perampokan oleh Amerika (emas orang Papua di Timika), Gas dan Minyak oleh Inggris di Bintuni, Gas alam di Mamberamo Raya oleh Cina, Ikan dan udang oleh Jepang, Kayu Besi (Merbau) oleh berbagai Negara dll. Muslim tidak boleh diam harga diri dan kekayaan alam dirampas bangsa lain. Karena kekayaan alam melimpah yang diberikan oleh Allah SWT, sebagai amanah kepada kita dan dipelihara dari kerusakan, perampasan dan pencurian negara lain harus dilawan.
Untuk itu tulisan ini harapannya Muslim Papua harus menjadi sadar kembali atas kekeliruan selama ini. Kedepan kaum muslimin Papua tanpa membedakan Pribumi maupun pendatang kedepan harus menbangun kesadaran sebagai Muslim Papua untuk berdiri dalam barisan terdepan menyuarakan kebenaran atas penjajahan dan penindasan hak-hak hidup manusiawi yang dirampok dan ditindas oleh asing. Penjajah harus dilawan sebagai hukum wajib (fardhu ‘ain) oleh seluruh Muslim Papua.
Muslim Papua menyerukan resolusi jihad fisabilillah bagi pembebasan Papua. Setidaknya tulisan ini sebagai ghozwulfikri, bahwa dengan opini demikian akan menjadi khiroh (semangat) kaum muslimin Papua khususnya internal Muslim dari kekeliruan sikap politik antara dua pilihan sebelum ini atas intrepretasi ajaran Islam. Muslim Papua wajib menegakkan keadilan sebagai perintah Allah SWT, yang mulia diwujudkan dengan menyatakan kebenaran sebagai yang benar dan salah sebagai salah (‘amar ma’ruf nahi mungkar).
Islam Dan Muslim Berbeda
Mendukung Papua adalah wajib hukumnya bagi Muslim kedepan ini, kalau memang mereka benar Muslim dan ingin menegakkan nilai-nilai Islam yang benar sesuai ajaran yang ada dalam Qur'an-Hadist.
Muslim Papua, dari manapun asal-usul keturunannya wajib melawan penindasan. Sebab pendindasan tidak sejalan dengan semangat agama Islam yang mengajarkan nilai persamaan dan menjunjung martabat atau harga diri manusia. Sikap demikian sejalan dengan Islam. Karena esensi Islam hadir kedunia melalui Nabi Muhammad SAW untuk membebaskan umat manusia serta menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan tidak terkecuali ditanah Papua saat ini. Islam sekali lagi hanya, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sebagaimana nilai Islam di jelaskan di atas kini menjadi kewajiban tidak hanya oleh Muslim Pribumi seperti Thoha Al-Hamid namun seluruh Muslim Papua harus menyatakan kebenaran bahwa penjajahan atau pencurian, perampokan atau exploitasi kekayaan alam Papua seperti PT.Freeport, British Petrolium di Bintuni (daerah Penduduk Muslim dari dulu), pencurian kayu (illegal logging), harus dilawan untuk di pertahankan. Muslim Papua harus ikut serta melawan ini sebagai jihad fisabilillah.
Rakyat Papua anggap
Rakyat Papua anggap Islam identik dengan Jawa, Bugis-Buton- Makasar dan Ternate, Fak-Fak Selatan Kepala Burung Papua. Maka persepsi orang lalu Islam melegalisasikan ajarannya sebagimana Muslim adalah salah. Muslim penjajah dan menganggap Islam sama dengan Indonesia. Padahal ajaran agama Islam lain dan harus dibedakan dari suku bangsa. Indonesia 85% pemeluk agama Islam. Sehingga mereka yang beragama Islam datang. Tapi harus dibedakan dan kita harus ingat bahwa Islam agama Tuhan, Islam agama diperuntukkan bagi umat manusia dijagat raya, tidak hanya, Indonesia yang mendholimi bangsa Papua.
Lalu dimana kaitan Islam dalam mendukung pembebasan Papua oleh Muslim? Islam dimanapun hadir membebaskan penjajahan, perampasan, dan penindasan. Lalu adakah Islam Mendukung Papua Merdeka? Jawabannya 100% mendukung sebagaimana pengertian Islam dari "sana"-nya karena kemerdekaan adalah hak kodrati yang dijamin oleh Allah SWT, kepada setiap individu dan bangsa.
Tapi kalau pertanyaan ini di tanyakan adakah Muslim Mendukung Papua Merdeka? Jawabannya ada dan tidak. Karena jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah yang terbesar dan mayoritas penduduknya beragama Islam di dunia maka penting di jelaskan di sini, tentang perbedaan pengertian antara Islam dan Muslim. Penjajahan Papua sama sekali tidak ada kaitan dengan Islam. Karena Islam dan Muslim berbeda walaupun berasal dari satu akar kata. Muslim sebagai kata benda yang berarti manusianya, sedangkan Islam sebagai kata sifat yang abstrak, berarti nilai. Sesuatu yang berdimensi nilai berarti juga sesuatu yang dianggap suci, sakral (keramat), yang berintikan ajaran-ajaran doktrin pokoknya bersifat transendetal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar