JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat, tidak terkait adanya pembalakan liar (illegal logging), tetapi karena curah hujan yang memang luar biasa.
Namun, meski Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif telah melaporkan bahwa bencana tidak terkait adanya pembalakan liar, Presiden Yudhoyono menegaskan dirinya akan mengecek kebenarannya dan berencana berangkat ke lokasi bencana pada Minggu pagi (10 Oktober 2010).
"Menurut laporan Pak Syamsul, sementara tidak ada kaitannya dengan pembalakan liar ataupun illegal logging yang disebut oleh beberapa kalangan," kata Presiden Yudhoyono dalam jumpa pers yang digelar kemarin seusai menerima laporan Kepala BNPB yang baru kembali dari lokasi bencana di Wasior.
SBY mengatakan saat akan mengecek langsung untuk menelusuri kebenaran bencana tidak terkait pembalakan liar hutan di Wasior, Kepala Negara akan memboyong para pakar untuk menganalisis penyebab bencana.
Presiden mengatakan dari laporan BNPB disebutkan banjir bandang datang seketika, medannya curam, memliki lereng dengan kecuraman 60 derajat, sehingga melalap daerah permukiman. Apalagi hanya ada jarak yang tipis sekali antara laut dan daratan. Peristiwa yang sama disebut pernah terjadi pada 1955.
"Setelah saya lihat sendiri, baru bisa katakan apakah ini karena curah hujan yang luar biasa, [sehingga] sungai mengalirkan air dan lumpur [yang] menimbulkan banjir bandang, atau memang ada kaitannya dengan situasi hutan di sekitar situ yang katanya ada pembalakan liarnya."
Dalam kesempatan sama, menurut Syamsul ditemukannya kayu pohon bersama banjir, bukan akibat adanya penebangan liar tetapi ikut hanyut akibat longsor
"Hutan [di Wasior] perawan. Kayu [ditemukan] akibat hujan selama seminggu. Pukul 11 malam sampai pagi sampai terjadi banjir. Jadi memang longsor tanahnya bersama pohonnya," kata Syamsul.
Presiden SBY juga telah menginstruksikan TNI untuk mengerahkan kapal milik Angkatan Laut untuk membawa membawa logistik, karena tidak mudah mendapatkannya di Papua Barat, seperti makanan siap saji, air bersih, dan obat.
BNPB melaporkan saat ini korban yang meninggal akibat banjir bandang Wasior sudah mencapai 101 orang, dan masih ada 76 orang yang masih dinyatakan hilang.
Sementara itu, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bencana banjir bandang di Wasior, Papua Barat, terjadi akibat pembalakan liar dan curah hujan yang tinggi.
"Itu terjadi karena pembalakan liar yang diimbangi dengan hujan deras. Walau ada pembalakan tapi tidak ada hujan juga tidak akan terjadi," katanya setelah menghadiri silaturahmi tokoh nasional yang dilaksanakan PP Muhammadiyah kemarin.
Menurut dia, kasus pembalakan tersebut sudah terjadi bahkan sebelum dirinya menjadi wapres. "Saya memang tidak pernah mendengar tetapi buktinya ada [pembalakan liar], dan itu terjadi sejak tahun 90 an," ujarnya.
Oleh karena itu JK, panggilan akrab Jusuf Kalla, meminta agar aksi pembalakan liar segera dihentikan. "Penebangan hutan di sana harus segera dihentikan," tegasnya.
JK yang juga Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) mengatakan bahwa PMI sudah menurunkan relawan dari Makassar untuk melakukan evakuasi sejak hari pertama bencana. "Prinsipnya kalau ada bencana daerah dulu yang turun baru pusat. Kalau daerah tidak sanggup baru pusat turun tangan," katanya.
JK pun berjanji akan meninjau langsung ke lokasi kejadian. "Tim PMI sudah ada di situ, kalau semua lancar saya pasti akan datang," janjinya.
Rehabilitasi
Lebih lanjut, JK mengatakan bahwa saat ini hal yang juga tidak kalah penting dipikirkan adalah rehabilitas rumah masyarakat karena bencana banjir badang di Wasior yang terjadi pada Selasa nyaris menyapu bersih rumah-rumah penduduk.
Di tempat terpisah, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri menilai pemerintah sangat lambat dan lebih bersikap reaktif dalam penanganan bencana banjir bandang di Papua yang telah menelan korban tewas lebih dari 100 jiwa.
Penilaian itu disampaikan Megawati setelah memberikan pengarahan kepada seluruh anggota DPR dari fraksi PDI Perjuangan kemarin.
"Dalam penanganan bencana, saya melihat pemerintah sekarang sangat lambat," ujarnya menanggapai pertanyaan wartawan soal bencana banjir bandang di provinsi paling timur Indonesia tersebut.
Menurut Megawati, seharusnya setiap kali terjadi bencana, pemerintah harus lebih proaktif dengan mengirimkan bantuan secepatnya meski wilayah tersebut berada jauh di pelosok Tanah Air.
Kendati mengakui wilayah Indonesia sangat luas sehingga menyulitkan penanganan bencana alam, menurut dia, setidaknya pemerintah harus melakukan tindakan minimum yang bisa dilakukan secepatnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar