Hingga kini, para sarjana di Papua masih berorientasi menjadi pegawai negeri sipil, dan sedikit sekali yang berminat menjadi wirausahawan. Itu karena mental dan paradigma mereka tentang kehidupan sejahtera sebagai PNS.
Diakui Rektor Universitas Negeri Papua Barat Yan Pieter Karafir, hampir 80 persen lulusan perguruan tinggi di Papua masih memilih bekerja sebagai pegawai, terutama PNS, dari pada menjadi wirausaha. Pengaruh budaya dalam kehidupan mereka sehari-hari serta mental pegawai yang selama ini mereka serap menjadi pemicunya.
"Lulusan sarjana menganggap menjadi PNS adalah jaminan hidup, apalagi pada masa tuanya. Akibatnya, pola pikir itu membentuk mental mereka saat lulus, tujuan utamanya adalah menjadi pegawai. Pensiunan, anggapan mereka adalah ganjalan untuk mereka bisa hidup sampai tua," ujar Karafir, usai acara wisuda Unipa periode Februari 2011, Kamis (17/2/2011).
Mental pegawai terbentuk karena selama ini muncul anggapan pada sebagian besar masyarakat Papua, bahwa menjadi PNS adalah pekerjaan mudah dengan jaminan kehidupan sejahtera sampai hari tua. Berkompetisi dan berprestasi belum menjadi semangat mereka ketika duduk sebagai PNS, sehingga mereka hanya bergantung pada gajinya.
Rendahnya minat lulusan perguruan tinggi di Papua menjadi wirausahawan karena belum ada fasilitasi pemerintah daerah terhadap kegiatan usaha mahasiswa. Menurut dosen jurusan Teknologi Hasil Hutan dari Fakultas Kehutanan Unipa, Anom Indra, kegiatan usaha itu hanya sebatas menjadi kuliah kerja praktik, belum menjadi ladang usaha yang bisa mereka manfaatkan setelah lulus kuliah.
"Sebab, para mahasiswa memiliki keterbatasan untuk memperoleh modal perbankan, hingga memasarkan produknya. Percuma saja jika mahasiswa bisa menghasilkan produk, tapi tidak bisa memasarkan hasilnya," kata Anom.
Padahal, Kampus Unipa selama tiga tahun telah melakukan program kewirausahaan dengan memberikan modal sekitar Rp 10 juta-Rp 40 juta kepada kelompok mahasiswa yang ingin berwirausaha. Adapun produk yang mampu dihasilkan para mahasiswa Unipa itu seperti furnitur, batu bata dari limbah kayu, dan produk makanan komoditas pertanian. Sayangnya, kegiatan ini juga belum sukses. Sebab, dari 116 mahasiswa yang ikut program (tahun 2010), hanya 4 mahasiswa yang dinyatakan berhasil menjadi wirausahawan.
Wakil Bupati Manokwari Roberth KR Hammar pun mengakui, minat sarjana menjadi pegawai relatif tinggi. Itu karena terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan di Manokwari dan Papua Barat. Selain itu, minat usaha produksi di Papua Barat masih rendah karena belum ditunjang kemudahan kredit dan pemasaran produk bagi pengusaha kecil dan menengah.
Di satu sisi, pemerintah daerah tingkat kabupaten maupun provinsi masih banyak membutuhkan pegawai. Berdasarkan data BPS, tahun 2007 jumlah PNS di Papua Barat hanya 851 orang, dan tahun 2009 naik menjadi 1.149 orang. Tingginya minat menjadi PNS terlihat dari pelamar pada tes calon PNS Desember 2010 lalu yang mencapai 3.020 orang dari kebutuhan sekitar 200 kursi bagi pelamar lulusan S-1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar